kwangmin


Kamis, 21 Mei 2015

Pengetahuan umum


                                               Museum Tamansiswa


Museum sebagai tempat penyimpanan benda-benda dan tulisan-tulisan bersejarah mempunyai nilai kultural yang tinggi dan menyimpan fakta sejarah yang mempunyai arti penting bagi generasi selanjutnya. Dengan melihat museum maka akan terbayang semua peristiwa masa lalu yang terekam di dalamnya. Nilai-nilai kultural dan semangat perjuangan tersebut diharapkan dapat menyentuh jiwa pengunjungnya sehingga tergerak untuk melestarikannya.
Ide Ki Hadar Dewantara mendirikan museum Dewantara Kirti Griya bukan bertujuan untuk mengkultuskan diri, tetapi dimaksudkan agar melalui museum generasi muda akan dapat mempelajari, memahami dan kemudian mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara
Sesuai dengan derap kemajuan alam dan jaman, maka Museum Dewantara Kirti Griya juga berusaha meningkatkan diri dalam berbagai aspek antara lain: Peningkatan dibidang fisik, tata pameran, koleksi benda bersejarah dan manuskrip-manuskrip yang tinggi nilainya. Walau peningkatan dilakukan seirama perkembangan alam dan jaman, tetapi Museum Dewantara Kirti Griya berusaha untuk tetap menjaga sifat dan ciri khas yang ada padanya sebagai suatu memorial.
Untuk dapat dimanfaatkan sepanjang jaman koleksi-koleksi perlu perawatan dan pelestarian agar tidak mengalami kerusakan, kehilangan, ataupun adanya gangguan-gangguan penyebab rusaknya koleksi, pada museum ini terdapat berbagai jenis dan macam benda-benda bersejarah yang memerlukan cara perawatannya sendiri-sendiri.
Museum Dewantara Kirti Griya terletak dikomplek Pendopo Tamansiswa dalam tata letak ruangan terdapat beberapa bagian ialah ruang museum, ruang perpustakaan museum dan arsip serta dokumen-dokumen yang mengiringi perjuangan Ki Hadjar Dewantara di masa lalu. Seperti telah disampaikan diatas bahwa meseum ini adalah museum khusus memorial tentang perjalanan dan perjuangan Ki Hadjar Dewantara, diresmikan pertama kali dan di peruntukan untuk umum adalah pada Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 1970 oleh Nyi Hadjar Dewantara .
    I.            Visi dan Misi, dan tujuan  Museum
Visi :Melestarikan nilai-nilai perjuangan dan ajaran hidup Ki Hadjar            Dewantara dan Tamansiswa dalam memperjuangkan pendidikan dan kebudayaan yang bewawasan kebangsaan.

Misi :Mengembangkan dan menginformasikan koleksi benda sejarah peninggalan    Ki Hadjar Dewantara dan Tamansiswa untuk kepentingan studi, penelitian, dan rekreasi kepada masyarakat.

 II.            Tujuan
1.      Mengajak generasi muda untuk mempelajari, memahami dan kemudian mampu mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2.      Melestarikan, mengamankan dan membudayakan nilai-nilai luhur konsep-konsep dan ajaran Ki Hadjar Dewantara serta menjadikan bangsa yang berbudi pekerti luhur, berbudaya dan bermartabat
3.      Sebagai pusat layanan bagi masyarakat luas dalam keperluan  penelitian, pendidikan, kebudayaan, politik dan lain sebagainya.

III.            Sejarah singkat Museum
Museum Dewantara Kirti Griya berlokasi di komplek perguruan Tamansiswa yang menempati bekas rumah Ki Hadjar Dewantara sekeluarga, di Jalan Tamansiswa 31 Yogyakarta, (dulu Gevangenis Laan Wirogunan).
Bangunan rumah yang  berdiri di atas tanah seluas 5.594 m² tersebut dibeli atas nama Ki Hadjar Dewantara, Ki Sudarminto, Ki Supratolo dari Mas Adjeng Ramsinah pada tanggal 14 Agustus 1935. Konon bangunan rumah tersebut didirikan pada tahun 1925 dengan gaya klasik Hindia Belanda/kolonial. Bangunan tercatat dalam buku register Kraton Ngayogyakarta tertanggal 26 Mei 1926, dengan nomor Angka 1383/1.H. Pada tanggal 18 Desember 1951, pembelian tersebut dihibahkan kepada Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa.
Tanggal 3 November 1957, bertepatan dengan kawin emas Ki Hadjar Dewantara, beliau menerima persembahan bakti dari para alumni dan pecinta Tamansiswa berupa rumah tinggal yang diberi nama Padepokan Ki Hadjar Dewantara, berlokasi di Jl. Kusumanegara 157 Yogyakarta. Tahun 1958, pada kesempatan rapat pamong Tamansiswa, Ki Hadjar mengajukan permintaan kepada sidang agar rumah bekas tempat tinggalnya yang berada di komplek perguruan Tamansiswa Jl. Tamansiswa 31 dijadikan museum. Permintaan tersebut ditanggapi dengan baik dan dilaksanakan setelah beliau wafat. Ki Hadjar Dewantara wafat pada tanggal 26 April 1959. Mulai tahun 1960, Tamansiswa berusaha untuk mewujudkan gagasan almarhum Ki Hadjar Dewantara.
Pada suatu kesempatan Drs. Moh. Amir Sutaarga yang bertugas di Museum Nasional Jakarta, dan beliau adalah keluarga dekat Tamansiswa, bersedia datang ke Yogyakarta untuk memberikan pengetahuan dasar tentang permuseuman kepada Kepala museum Sonobudoyo, Kepala museum TNI AD, dan calon petugas museum Tamansiswa, yang dilaksanakan di Museum Perjuangan Yogyakarta. Pada tahun 1963 dibentuklah panitia pendiri Museum Tamansiswa yang terdiri dari: 1. Keluarga Ki Hadjar Dewantara. 2. Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa. 3. Sejarawan. 4. Keluarga Besar Tamansiswa.
Sampai pertengahan tahun 1969, rancangan adanya museum belum juga terwujud, walaupun sudah dinyatakan sebagai Dewantara Memorial. Pada tanggal 11 Oktober 1969 Ki Nayono menerima surat dari Nyi Hadjar Dewantara (pribadi). Dengan adanya surat tersebut, Ki Nayono tergugah untuk segera meminta perhatian kepada Majelis Luhur agar bekas tempat tinggal Ki Hadjar yang sudah dinyatakan sebagai Dewantara Memorial segera dijadikan museum, dengan persiapan yang begitu panjang kemudian dilakukan pengumpulan benda-benda dan naskah, arsip-arsip surat dokumen segera dipersiapan penataan untuk dijadikan sebuah museum memorial, dengan tidak banyak  merubah posisi-posisi asli dari benda, ruang dan isinya bahwa kondisi yang ada hingga sekarang museum menggambarkan situasi dan kondisi rumah tinggal keluarga ki Hadjar Dewantara.
Pada tanggal 2 Mei 1970, bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional, museum diresmikan dan dibuka untuk umum oleh Nyi Hadjar Dewantara sebagai pemimpin umum Tamansiswa. Museum diberi nama Dewantara Kirti Griya, nama tersebut pemberian dari bapak Hadiwidjono seorang ahli bahasa Jawa. Adapun arti dari nama sebutan museum adalah  berikut : Dewantara, diambil dari nama Ki Hadjar Dewantara, Kirti, artinya pekerjaan (bhs. Sansekerta) dan Griya, berarti rumah. Dengan demikian arti lengkapnya adalah Rumah yang berisi hasil kerja Ki Hadjar Dewantara. Peresmian museum ditandai dengan candrasengkala “Miyat Ngaluhur Trusing Budi” yang menunjukkan angka tahun 1902 (Çaka )   atau  tanggal 2 Mei 1970 Masehi. Makna yang terkandung dalam sengkalan tersebut sama dengan makna dan tujuan memorial yakni, dengan melalui museum diharapkan para pengunjung  khususnya generasi muda akan dapat mempelajari, memahami dan kemudian dapat mewujudkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, kedalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di museum ini pula awal lahirnya Badan Musyawarah Museum (Barahmus) DIY tahun 1971, yang dipimpin Mayor Supandi (alm.) sebagai ketua I dan selanjutnya Barahmus DIY beralamat di Jl. Tamansiswa 31 hingga 2 Mei 2007, kemudian pindah ke museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
IV.            Koleksi museum.
Koleksi museum adalah semua jenis benda bukti material sejarah hasil budaya Ki Hadjar Dewantara mempunyai nilai bagi pembinaan dan  pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, teknologi, serta kebudayaan.  Koleksi Museum Dewantara Kirti Griya terdiri dari:
Tata Pamer koleksi yang dimiliki dikelompokan sesuai dengan situasi rumah keluarga Ki Hadjar Dewantara sehingga tata pameran ada di berbagai bagian ruang-ruang/ serambi
1. Bangunan.
a.       rumah bekas tempat tinggal Ki Hadjar Dewantara sekeluarga, terdiri dari ruang tamu depan, ruang tidur khusus ki Hajar Dewantara, Ruang tidur keluarga, ruang kerja Ki Hadjar Dewantara, ruang berbentuk panjang untuk kunjungan para tamu, dll.
b.      pendapa Agung Tamansiswa sebagai Monumen Persatuan Tamansiswa menghadap ke barat. Terdiri dari  ruang kuncung karena berada didepan dengan bentuk atap kecil tinggi dibagian depan bertuliskan Pendopo Tamansiswa, ruang  pokok ada di tengah dan luas, ruang-ruang sayap berada di kiri dan kanan pendopo, kemudian menyambung ruang sayap belakang digunakan untuk menyimpan peralatan kesenian berupa seperangkat gamelan yang digunakan untuk mengiringi melatih tari para siswa oleh para pamong Tamansiswa
c.       Lokasi  Museum dan Pendopo Tamansiswa berada dalam satu  lokasi/ komplek: di Jalan Tamansiswa nomor 31 Yogyakarta
2. Koleksi Asli
a.       arsip surat-surat, dokumen, naskah,
b.      pakaian : pakaian kerja, pakaian penjara, pakaian saat jadi guru
c.       perabotan : Meja kursi kerja. meja kursi tamu, almari pakaian, almari buku, kursi goyang, piano yang biasa digunakan disaat senggang untuk berlatih bersama putra-putrinya
d.      perlengkapan kerja: Telepon, buku, pulpen, kaca mata, tinta, tas kerja , mesin ketik
e.       film dokumenter : saat mengajar, saat didepan pendopo agung, tarian anak dll.
f.       panji Tamansiswa: Berbentuk perisai ukuran p:l=2:3, berisi lambang Tamansiswa, Suci Tata Ngesti Tunggal ( tahun 1922) warna dasar hijau
g.      lambang Tamansiswa : bentuk Garuda cakra bertuliskan Persatuan Perguruan Tamansiswa Berpusat di Yogyakarta
3. Koleksi lainya.
a.       foto-foto kenangan pada peristiwa-peristiwa penting ki Hadjar Dewantara pada waktu perjuangan hingga wafatnya
b.      lukisan karya Ki Sindukiswara dan lukisan bernuansa Bali
c.       benda barang-barang pecah belah / peralatan makan dan minum keluarga
4. Perpustakaan.
a.       Keberadaan Perpustakaan merupakan sarana pendukung Museum, karena berisi buku-buku bacaan koleksi Ki Hadjar Dewantara dan berbagai buku kenangan yang berasal dari sahabat-sahabat .
b.      surat kabar dan majalah, Ki Hadjar Dewantara dahulu adalah juga sebagai wartawan terkenal mempunyai kesenangan menulis, karya tulisan-tulisanya banyak dimuat di surat-surat kabar dan majalah. Alah satu tulisannya yang terkenal adalah karangan dalam bahasa belanda dengan judul “Ik was an Nelerland “ bila di terjemahkan adalah “ Bila aku seorang Belanda” tulisan  ini mengungkapkan tentang hasutan, sindiran, makian ejekan, keprihatinan yang ditujukan untuk koloni/ antek-antek  Belanda, karena isinya yang sangat menusuk perasaan orang Belanda pada saat itu, akibatnya Ki Hadjar di panggil dan di tangkap.
c.       buku-buku tentang Ketamansiswaan yang berisi konsep-konsep pemikiran  karya Ki Hadjar Dewantara dalam bidang pendidikan, sastra budaya, politik, berbangsa dan bernegara.

Rabu, 20 Mei 2015

Puisiku



Ketika Tik Tok Tik Tok Bahasa Bersuara

                Oleh: Sri Utami (2014)


Ketika tik tok tik tok suara jam itu
Memaksaku menembus angan masa lalu
Ketika bahasaku masih unyu
Sehingga aku tau cara membaca dan mengenal ilmu

Ketika tik tok tik tok panggilan hati nurani
Sebuah tekat menghampiri
Menyadarkan pemuda pemudi
Bahwa bahasa kita begitu berarti

Pikirlah wahai tik tok tik tok bangsa
Apa yang membuat kita sama
Ketika budaya, ras, suku, pulau dan agama yang berbeda
Arti dari sebuah Bhineka Tunggal Ika
Berbeda-beda tapi tetap sama
Itulah pemersatu negeri kita, yang kita kenal dengan nama bahasa Indonesia
Harapan tik tok tik tok dewasa ini
Ketika bangsa di porak- porandakan oleh yang namanya diskriminasi
Memaksa para tik tok tik tok bahasa bersapda
Wahai pemuda, bersatulah karena kita ini Indonesia
Jangan kau diam saja, ketika budaya tak lagi di jaga, lama-lama akan binasa

Bukan hanya sekedar suara tik tok tik tok itu saja
Tetapi juga ada tik tok tik tok suara gunjingan para tetangga Menanyakan apa yang di miliki oleh bangsa Indonesia
Kuberi tahu kawan apa yang kita punya, mari kita jawab dengan lantang dan saksama
Kita punya satu bahasa pemersatu budaya, bahasa terkasih dan tercinta bahasa Indonesia
Bangkitlah tik tok tik tok bahasaku
Para mutiara-mutiara bangsaku
Bahasa kita bukan hanya pemersatu
Bersama, bawa bahasa kita
Sebagai bahasa yang di kenal di dunia.